STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DEVIDEN
1.1
Pengertian Struktur
Modal
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E
Copeland (1996), mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen
yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang
saham.
Berdasarkan
beberapa referensi penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal adalah
proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber
pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal,
dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka
pendek.
1.2
WACC dan Perubahan
Struktur Modal
Manajer menentukan struktur modal
yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan sebagai sasaran. Akan tetapi,
sulit bagi kita untuk mengestimasi apa pengaruh suatu perubahan tertentu dari
struktur modal pada harga saham. Struktur modal yang memaksimalkan harga saham
juga akan meminimalkan WACC, dan terkadang akan lebih mudah untuk meramalkan
apa pengaruh perubahan struktur modal pada WACC dibandingkan dengan harga
saham. Jadi, banyak manajer menggunakan estimasi hubungan antara struktur modal
dan WACC untuk memadu keputusan struktur modal yang mereka ambil.
1.3
Struktur modal optimal
Saat ini, perusahaan tidak memiiki
utang, sehingga rasio utangnya nol, dan pada titik ini WACC = rs = 12%. Dengan
dimulai digunakannya utang erbiaya rendah, maka WACC akan ikut turun. Namun
seiring dengan meningkatnya rasio utang, biaya dari utang maupun ekuitas akan
naik, pertama secara perlahan kemudian makin cepat. Pada akhirnya, kenaikan
biaya kedua komponen ini akan menutupi kenyataan bahwa perusahaan menggunakan
utang dengan biaya yang lebih murah. Jadi, pada utang 40%, WACC akan mencapai
titik minimum sebesar 11,04%, dan setelah itu akan naik seiring dengan
peningkatan rasio utang.
Meskipun komponen biaya ekuitas
lebih tinggi dibandingkan utang, penggunaan utang berbiaya lebih rendah saja
tidak akan meminimalkan nilai karena adanya pengaruh umpan balik utang pada
biaya utang dan ekuitas.
Paling
penting bahwa strktur modal yang meminimalkan WACC juga merupakan struktur
modal yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan.
1.4
Menentukan struktur
modal yang optimal
Struktur modal yang optimal
merupakan struktur yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan, dan struktur
ini pada umumnya meminta rasio utang yang lebih rendah dari pada rasio yang
memaksimalkan EPS yang diharapkan.
Harga saham akan berbanding lurus
dengan dividen yang diharapkan tetapi berbanding terbalik dengan tingkat
pengembalian ekuitas yang diminta. Perusahaan dengan labih tinggi akan mampu
membayar dividen yang lebih tinggi, sehingga sampai tingkat di mana utang yang
lebih tinggi menaikkan EPS yang diharapkan, leverage
akan meningkatkan harga saham. Namun, tingkat utang yang lebih tinggi juga
kan meningkatkan risiko perusahaan, dan hal ini akan meningkatkan biaya ekuitas
dan mengakibatkan terjadinya penurunan pada harga saham.
1.5
Teori struktur modal[1]
1. Teori
Pertukaran (Trade-Off-Theory)
Merupakan teori struktur modal yang
menyatakan perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah
yang ditimbulkan oleh potensi
kebangkrutan.
2. Teori
Sinyal (Signal Theory)
Suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen suatu perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor, tentang
bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan, perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap
modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang
yang melebihi target struktur modal yang normal.
1.6
Faktor-faktor ketika
melakukan keputusan struktur modal:
2.
Stabilitas
penjualan. Suatu perusahaan yang penjualannya
relative stabil dapat secara aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar
dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil.
3.
Struktur
aset. Perusahaan yang asetnya memadai untuk
digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan
utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi
jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus.
4.
Leverage
operasi. Jika hal yang lain dianggap sama,
perusahaan dengan leverage operasi
yang lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko
usaha yang lebih rendah.
5.
Tingkat
pertumbuhan. Jika hal yang lain dianggap sama,
maka perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan
diri dari pada modal eksternal. Selain itu biaya emisi yang berkaitan dengan
penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan
menjual utang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk
lebih mengandalkan diri pada utang.
6.
Profitabilitas.
Sering kali diamati bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata
menggunakan utang dalam jumlah yang relative sedikit.
7.
Pajak.
Bunga merupakan suatu beban pengurangan
pajak, dan pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak
yang tinggi. Jadi, makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar
keunggulan dari utang.
8.
Kendali.
Pengaruh utang dibandingkan saham pada
posisi kendali suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika
manajemen saat ini memiliki kendali hak suara (lebih dari 50% saham) tetapi
tidak berada dalam posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen
mungkin akan memilih utang sebagai pendanaan baru.
9.
Sikap
manajemen. Tidak ada yang dapat membuktikan
bahwa satu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur yang lain.
10.
Sikap
pembeli pinjaman dan lembaga pemeringkat. Tanpa
mempertimbangkan analisis manajemen sendiri atas factor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan
lembaga pemeringkat sering kali akan memengaruhi keputusan struktur keuangan.
11.
Kondisi
pasar. Kondisi pasar saham dan obligasi
mengalami perubahan dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat
memberikan arah penting pada struktur modal optimal suatu perusahaan.
12.
Kondisi
internal perusahaan. Kondisi internal suatu
perusahaan sendiri juga dapat berpengaruh pada sasaran stuktur modalnya.
13.
Fleksibilitas
keuangan.
1.7
Variasi-variasi dalam
struktur modal
Variasi yang luas dalam penggunaan leverage keuangan terjadi baik di antara
industry maupun di antara setiap perusahaan di salam masing-masing industry.
Perusahaan farmasi dan computer
menggunakan utang yang relative kecil karena industry perusahaan-perusahaan ini
cenderung bersifat musiman, berorientasi pada penelitian, atau menghadapi
tuntuntan ganti rugi produk yang sangat besar. Perusahaan fasilitas umum,
menggunakan utang dalam jumlah yang relative besar karena aset tetap yang
dimilikinya dapat menjadi jaminan yang baik untuk obligasi hipotik dan juga
karena penjualan perusahaan tersebut yang relative stabil menjadikannya lebih
aman dalam menanngung utang dengan jumlah di atas rata-rata.
Rasio kelipatan pembayaran bunga
memberikan indikasi tentang seberapa rentan perusahaan terhadap kesulitan
keuangan. Rasio ini bergantung pada tiga factor : (1) persentase utang, (2)
tingkat bunga atas utang, dan (3) profitabilitas perusahaan. Pada umumnya,
industry-industri dengan leverage rendah
seperti computer dan farmasi memiliki rasio cakupan yang tinggi., sementara
industry-industri seperti fasilitas umum, yang didanai sebagian besar
menggunakan utang, memiliki cakupan yang rendah.
KEBIJAKAN DEVIDEN
2.1
Pengertian Kebijakan Deviden
Pengertian
kebijakan dividen menurut Agus Sartono menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang”.[2]
menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:253) merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakn dividen (dividend policy) merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Ketika memutuskan seberapa besar
jumlah kas yang akan didistribusikan,
manajer keuangan harus selalu ingat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga sebagian besar sasaran rasio
pembayaran (target payout ratio) yang didefinisikan sebagai
presentase laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai – seharusnya
didasarkan atas preferensi investor atas dividen versus keuntungan modal.
2.2
Teori – Teori dalam Kebijakan Deviden
a.
Teori Dividen Ireleven
Proffesor
Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) mengemukakan teori bahwa kebijakan
dividen tidak berdampak pada harga saham maupun biaya modal suatu perusahaan;
kebijakan dividen merupakan sesuatu yang irelevan (irrelevant)[3].
MM mengembangkan teori mereka berdasarkan sekumpulan asumsi yang ketat, dan
berdasarkan asumsi – asumsi tersebut, mereka membuktikan bahwa nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh profitabilitas dasar dan risiko usahanya.
Dengan kata lain, nilai perusahaan hanya bergantung pada laba yang dihasilkan
oleh asetnya, bukan pada bagaimana laba itu dipecah antara dividen dan laba
ditahan.
Berdasarkan
asumsi – asumsi mereka, MM berpendapat
bahwa setiap pemegang saham dapat menentukan kebijakan dividennya sendiri.
Misalnya, jika suatu perusahaan tidak membayarkan dividen, maka seorang
pemegang saham yang menginginkan dividen 5 persen dapat “menciptakannya” dengan
menjual 5 persen sahamnya.
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller
mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya: biaya emisi
saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka
menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba
ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru.
Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan
menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh
besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen (Dr.Dermawan Sjahrial,
M.M.,2002: 312-313).
b.
Bird in the hand theory
Teori dari Lintner (1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya
(1979) menjelaskan bahwa investor menyukai pendapatan dividen yang tinggi
karena pendapatan dividen yang diterima seperti burung di tangan (bird in the
hand) yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan risiko yang kecil daripada
pendapatan modal (bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari pendapatan
modal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di
tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya,
harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang
dibagikan. Peningkatan dividen akan meningkatkan harga saham yang akan
berdampak pula pada nilai perusahaan. Menurut Modigliani dan Miller pendapat
Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan
kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau
perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.
c.
Teori Perpindahan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan
bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih
tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield
rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield
tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains,
perbedaan ini akan makin terasa. Suatu teori yang menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap dividen dan capital gains maka para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan
sebagai berikut ini: :
a. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
a. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham
terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di
masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar
yang dibayarkan.
c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.
c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.
2.2 Bentuk-Bentuk Kebijakan Dividen[4]
Kebijakan
dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut
Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen
yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :
1. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan
kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang
dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun
pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan
jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah
rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan
yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah
minimal tersebut.
3. Kebijakan dividen dengan
penetapan dividend payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga
adalah penetapan dividend payout ratioyang konstan. Perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang
konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang
dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan
keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4.
Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir
adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang
besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
2.5 Faktor – Faktor yang
mempengaruhi Kebijakan Deviden[5]
1) Pembatasan
a. Perjanjian obligasi, kontrak utang
sering kali membatasi pembayaran dividen atas laba yang dihasilkan setelah
pinjaman diberikan. Kontrak utang juga sering kali menyatakan bahwa tidak ada
pembayaran dividen kecuali jika rasio lancer, rasio kelipatan pembayaran bunga,
dan rasio – rasio keamanan lainnya melebihi nilai minimum yang telah
ditentukan.
b. Pembatasan saham preferen pada
umumnya, dividen saham biasa tidak dapat
dibayarkan jika perusahaan menghilangkan dividen saham preferennya.tunggakan
sahan preferen harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum dividen saham biasa dapat
diteruskan pembayarannya.
c. Ketersediaan kas. Dividen tunai
hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi, kekurangan kas pada bank dapat
membatasi pembayaran dividen,. Namun kemampuan untuk melakukan pinjaman akan
dapat menutupi factor ini.
2) Sumber – sumber modal alternative
a. Biaya penjualan saham baru. Jika
suatu perusahaan perlu mendanai investasi dalam tingkat tertentu, perusahaan
dapat mendapatkan ekuiditas dengan menahan laba atau menerbitkan saham biasa
baru.
b. Kemampuan untuk mensubtitusi utang
dengan ekuitas. Perusahaan dapat mendanai tingkat investasi tertentu
menggunakan baik itu utang atau ekuiditas.
2.6 Dampak kebijakan dividen pada rs
1. Keinginan pemegang saham untuk
mendapatkan laba saat ini versus masa depan
2. Anggapan tingkat risiko dividen
versus keuntungan modal
3. Keuntungan pajak atas keuntungan
modal dibandingkan dividen
4. Muatan informasi dividen (sinyal).
2.7 Pecah saham dan dividen saham
Adalah
suatu tindakan yang diambil oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan jumlah
lembar saham beredar, seperti melipatgandakan jumlah lembar saham beredar
dengan memberikan dua saham baru kepada setiap pemegang saham untuk setiap satu
lembar saham yang sebelumnya di miliki. Sedangkan Dividen saham adalah suatu
dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan lembar saham dan bukan dalam
bentuk tunai.[6]
Kesimpulan
struktur modal adalah pembiayaan permanen yang
terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.
Dalam struktur modal ada beberapa teory diantaranya: Teori Pertukaran (Trade-Off-Theory),
Teori Sinyal (Signal Theory). Factor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal:Stabilitas penjualan,pinjaman
cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan
oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk
aset dengan tujuan khusus, Leverage
operasi.. Tingkat pertumbuhan, Profitabilitas, Pajak., Kendali, Sikap manajemen., Sikap pembeli pinjaman dan lembaga
pemeringkat, Kondisi pasar, Kondisi internal perusahaan. Dan Fleksibilitas keuangan.
Kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi di masa dating. Beberapa teory dalam
kebijakan deviden:
d Teori Dividen Ireleven
Bird in the hand theory
Teori Perpindahan Pajak
Bentuk-bentuk kebijakan deviden:
Kebijakan
dividen yang stabil, Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal
plus jumlah ekstra tertentu, Kebijakan dividen dengan penetapan dividend
payout ratio yang konstan, Kebijakan dividen yang fleksibel.
Referensi:
[1] Eugene
F.Brighem dan Joel F.houstin, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Ed.11 Buku
2,( Jakarta:Salemba Empat, 2014), hal. 183-186
[3] Merton
H. Miller dan Franco Modigliani, “Dividend Policy, Growth, and the Valuation of
Shares,” Journal of Business, Oktober 1961, hlm.411 – 433
[4] Tampubolon
Manahan P, Manaemen Keunagan (finance Management), (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2005), hal.
[5] Eugene
F.Brighem dan Joel F.houstin, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Ed.11 Buku
2,( Jakarta:Salemba Empat, 2014), hal.231-233
Steel vs titanium teeth dog | TITIAN TRADITIONAL HEAVY POTNAL
BalasHapusSteel titanium white octane blueprint vs titanium titanium nitride coating service near me teeth dog · Pitanium titanium bike frame · Vinci · titanium or ceramic flat iron Plant · Plant titanium jewelry piercing