Minggu, 08 November 2015

Fungsi Perencanaan



FUNGSI PERENCANAAN

A.    Pengertian Perencanaan
Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.[1]
Definisi-definisi perencanaan menurut para ahli :
Ø  Bintoro Tjokroaminoto
Perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.[2]
Ø  Prajudi Atmosudirdjo
Perencanaan ialah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertenti, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaimana cara melakukannya.[3]
Ø  Siagian
Perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-ha yang akan dikerjakan di masa dating dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.[4]
Ø  Dior
Perencanaan ialah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan dating, yang diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu.[5]
Ø  George R. Terry
Perencanaan ialah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa dating dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :[6]
1.      Perencanna harus berdasarkan fakta, data dan keterangan konkret.
2.      Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat masa yang akan dating.
3.      Perencanaan mengenai masa yang akan datang .
Ø  Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebiajakan, prosedur-prosedur, program-program dari alternative-altrnative yang ada.
Ø  Billy E. Goetz
Perencanaan adalah pemilihan yang fundamental dan masalah perencanaan timbul, jika terdapat alternative-altrnative.
Ø  The New Webster Dictionary
Perencanaan ialah sebagai pernyataan dari segala sesuatu yang dikehendaki yang digambaran dalam suatu pola atau peta-peta, gambar atau pernyataan dari bagian-bagian sesuai dengan pola tertentu.
Ø  Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Perencanaan ialah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan mencapai tujuan dan pedoman.

Perencanaan bukanlah semata-mata pekerjaan top manajer, walaupun mereka lebih banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk membuat rencana secara keseluruhan. Namun, setiap manajer dari berbagai tingkatan manajerial harus membat perencanaan untuk dilaksanakan sesuai dengan wewenang dan bidang kerja masing-masing.[7]
B.     Tujuan Perencanaan[8]
1.   Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaan.
2.   Mengetahui kapan pelaksanaan dan selsesainya suatu kegiatan.
3.   Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur orgsnisasinya), baik    kualifikasinya maupun kuantitasnya.
4.   Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5.   Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat  biaya, tenaga dan waktu.
6.   Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
7.   Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
8.   Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
9.   Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
C.    Manfaat Perencanaan[9]
1.      Standar pelaksanaan dan pengawasan.
2.      Pemilihan berbagai alternative terbaik.
3.      Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
4.      Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5.      Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6.      Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7.      Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

D.    Ruang lingkup Perencanaan[10]
1.      Perencanaan dari Dimensi Waktu
a.       Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu 10 tahun ke atas. Dalam perencanaan ini belum ditampilkan sasaran-sasaran yang bersifat kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan ideal yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental. Contoh : Propenas.
b.      Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu antara tiga sampai dengan 8 tahun. Perencanaan ini merupakan penjabaran atau uraian perencanaan jangka panjang. Walaupun perencanaan jangka menengah ini masih bersifat umu, tetapi sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan secara kuantitatif. Contoh : Propeda.
c.       Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning)
Jangka waktunya kurang maksimal satu tahum. Perencanaan jangka pendek tahunan (annual plan) disebut juga perencanaan operasional tahunan (annual operational planning). Contoh : Proyek-proyek.
2.      Perencanaan dari Dimensi Spasial
Adalah perencanaan yang memiliki karakter yang terkait dengan ruang dan batasan wilayah. Dari dimensi spasial ini dikenal perencanaan nasional, perencanaan regional, dan perencanaan tata ruang atau tata tanah.
a.       Perencanaan Nasional
Adalah suatu proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai consensus dan komitmen seluruh rakyat Indonesia yang terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, memperhitungkan dan memanfaatkan sumber daya nasional dan memerhatikan perkembangan internasional. Contoh : Propenas dan perencanaan pendidikan di Indonesia.
b.      Perancanaan Regional
Ialah pilihan antarsektor dan hubungan antarsektor dalam suatu wilayah sehingga disebut juga sebagai perencanaan daerah atau wilayah. Contoh : Propeda dan perencanaan pendidikan di provinsi/kabupaten/kota.
c.       Perencanaan Tata Ruang
Ialah perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan tertentu, mengenbangkannya secara seimbang, baik secara ekologis, geografis, maupun demografis. Contoh : perencanaan tata kota, perencanaan permukiman, perencanaan kawasan, dll.
3.      Perencanaan dari Dimensi Tingkatan Teknis Perencanaan
a.       Perencanaan Makro
Ialah perencanaan tentang ekonomi dan nonekonomi secara internal dan eksternal. Perencanaan ekonomi makro meliputi berapa pendapatan nasional yang akan ditingkaykan, berapa tingkat konsumsi, dll. Pada setiap pembangunan pendidikan nasional, sebelum dirumuskan secara rinci dalam perencanaan sektoral dan regional, maka diperlukan perencanaan makro yang menggambarkan kerangka makro pendidikan yang berinteraksi satu sama lainnya. Gunanya untuk melihat keseimbangan kedua factor tersebut, baik secara internal maupun eksternal. Contoh : perencanaan pendidikan nasional.
b.      Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro pendidikan ialah perencanaan yang disusun dan disesuaikan dengan kondisi otonomi daerah di bidang pendidikan. Perencanaan mikro disebut juga pemetaan pendidikan. Factor-faktor yang memengaruhi perencanaan mikro secara teknis antara lain : (1) kebijakan/ketentuan/standar, (2) geografis, (3) demografi, (4) infrastruktur. Scara nonteknis antara lain (1) aspirasi masyarakat terhadap pendidikan (2) social ekonomi dan budaya masyarakat (3) politis, (4) keamanan.
c.       Perencanaan Sektoral
Adalah kumpulan program dan kegiatan pendidikan yang mempunyai persamaan cirri dan tujuan. Perencanaan ini memproyeksikan sasaran pembangunan sektor pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditentukan. Contoh : perencanaan pendidikan local/provinsi/kabupaten/kota.
d.      Perencanaan Kawasan
Ialah perencanaan yang memperhatikan keadaan lingkungan kawasan tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif tertentu. Dalam perencanaan kawasan, hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah interaksi antar daerah. Contoh : perencanaan pendidikan kawasan Indonesia Timur.
e.       Perencanaan Proyek
Ialah perencanaan operasional yang menyangkut operasionalisasi kebijakan dan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran sector dan tujuan pembangunan. Contoh : Perencanaan Proyek Unit Sekolah Baru Sekolah Menengah Kejuruan.
4.      Perencanaan dari Dimensi Jenis
Anen menyebutkan jenis perencanaan seperti berikut :
a.       Perencanaan dari Atas ke Bawah (Top Down Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh pucuk pimpinan dalam suatu struktur organisasi, misalnya pemerintah pusat yang selanjutnya perencanaan tersebut disampaikan ke tingkat provinsi/kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti. Perencanaan ini disebut juga sebagau perencanaan makro atau perencanaan nasional.
b.      Perencanaan dari Bawah ke Atas (Bottom Up Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh tenaga perencana di tingkat bawah dari suatu struktur organisasi, misalnya dibuat di provinsi/kabupaten/kota untuk disampaikan ke pemerintahan pusat. Dapat pula dibuat oleh kepala sekolah untuk disampaikan ke Kepala Dinas Pendidikan setempat, atau guru kepada kepala sekolahnya.
c.       Perencanaan Menyerong ke Samping (Diagonal Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh pejabat lain bersama-sama dengan pejabat yang berada di level bawah di luar struktur organisasinya. Missal : Depdiknas Jakarta dan Bappeda Provinsi membuat perencanaan pendidikan sektoral di daerah. Perencanaan ini disebut juga perencanaan sektoral.
d.      Perencanaan Mendatar (Horizontal Planning)
Perencanaan mendatar biasanya dibuat pada saat membuat perencanaan lintas sektoral pleh pejabat selevel. Misal : perencanaan peningkatan SDM melibatkan pejabat Departemen Pendidikan, Departemen Agama, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Kesehatan,dll.
e.       Perencanaan Menggelinding (Rolling Planning)
Perencanaan menggelinding dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek dinilai setiap tahun pencapaian kinerjanya, kemudian dilanjutkan tahun berikutnya sehingga perencanaan jangka menengah tercapai. Demikian seterusnya. Perencanaan ini menghasilkan Rencana Tahunan, Rencana Lima Tahunan.
f.       Perencanaan Gabungan Atas ke Bawah dan Bawah ke Atas (Top Down and Buttom Up Planning)
Perencanaan ini dibuat untuk mengakomodasi kepentingan pemerintahan pusat dengan pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Oleh sebab itu, pembuatannya melibatkan partisipasi aktif kedua belah pihak.
E.     Prosedur Perencanaan[11]
Dalam membuat suatu perencanaan maka terlebih dahulu harus dicari jawaban dari pertanyaan berikut :
1.      Apakah yang harus dikerjakan (what) ?
2.      Mengapa direncanakan (why) ?
3.      Siapa yang harus mengerjakan (who) ?
4.      Kapan harus dikerjakan (when) ?
5.      Di mana harus dikerjakan (where) ?
6.      Bagaimana harus mengerjakannya (who) ?
Jawaban dari pertanyaan yang pertama menunjukkan tujuan yang hendak dicapai dalam waktu pendek (short term) dan dalam waktu panjang (long term) sehingga dibedakan rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.
Untuk lebih memahami tujuan maka perlu ada jawaban tentang sebab dan mengapa tujuan itu perlu dicapai. Jawaban atas pertanyaan bagaimana, memberi gambaran tentang teknik penyelenggaraan pekerjaan dan prosedur-prosedur yang harus ditentukan. Seperti apakah keuangan cukup, apakah pegawai-pegawai cakap? Semua itu harus diinventarisasikan terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Setelah menjawab pertanyaan tentang bagaimana, harus pula ditentukan siapa yang mengerjakan rencana itu, dimana dikerjakan dengan menentukan lokasi tempat, daerah atau tingkatan dan lama pekerjaan itu dijalankan. Jawaban-jawaban itu harus tercakup dalam suatu rencana yang rapi.
E.1   Langkah-langkah Pokok Perencanaan[12]
1.      Berusaha mengutarakan masalah secara jelas.
2.      Berupaya memperoleh informasi secara lengkap yang berhubungan dengan berbagai kegiatan.
3.      Menganalisis dan mengklasifikasi informasi.
4.      Memantapkan perencanaan dan mempertimbangkan hambatan-hambatan dengan berbagai kegiatan.
5.      Menentukan rencana-rencana alternative.
6.      Memilih rencana yang diajukan.
7.      Mengatur urutan dan waktu rencana itu secara terperinci.
8.      Memeriksa rencana yang diajukan itu.

E.2   Empat Langkah Dasar  Perencanaan[13]
Stoner James, A.F. merumuskan empat langkah dalam proses perencanaan sebagai berikut :
Gambar Empat Langkah Dasar Perencanaan


 











ü  Langkah 1 : Menetapkan tujuan atau seperangkat tujuan. Perencana pertama-tama harus menetapkan apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh suatu organisasi atau submit sehingga sumberdaya organisasi tidak terpencar dan dapat digunakan secara efektif dan efisien.
ü  Langkah 2 : Mendefinisikan situasi saat ini, informasi keadaan organisasi saat ini tentang berapa jauhkah jarak organisasi dari sasarannya, sumber daya yang dimiliki, data yang dimiliki, data keuangan dan statistik harus dirumuskan sehingga langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan lancar.
ü  Langkah 3 : Mengidentifikasikan hal-hal yang membantu dan menghambat tujuan. Dengan menganalisis factor-faktor eksternal dan internal organisasi dapat diketahui factor-faktor yang membantu pencapaian tujuan dan yang menimbulkan masalah. Pengetahuan tentang factor-faktor ini membantu perencana dalam meramalkan situasi di masa yang mendatang.
ü  Langkah 4 : Mengembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan. Langkah ini melibatkan berbagai alternative arah tindakan untuk mencapai sasaran, mengevaluasi alternative-alternatif yang ada dan memilih yang paling sesuai atau menguntungkan di antara alternative tersebut.
F.           Jenis Perencanaan[14]
         Perencanaan ditinjau dari segi aspek berikut ini :
1. Ditinjau dari tempat pelaksanaan pekerjaan
Dibedakan sebagai berikut :
a.       Perencanaan Nasional.
Diadakan di pusat pemerintahan dan diperuntukkan untuk seluruh Negara. Contoh : perencanaan social ekonomi 5 tahun di Indonesia dan perencanaan pembangunan masyarakat desa.
b.      Perencanaan Regional.
Menitikberatkan pada eksplorasi atau pada eksploitasi sumber-sumber alam, ekonomi, dll. Yang memberi penghidupan pada masyarakat di daerah-daerah. Contoh : perencanaan mengenai pembuatan waduk-waduk atau penggalian sumber-sumber emas.
c.       Perencanaan Kota.
Menitikberatkan pada masalah-masalah arsitektur, keindahan kota dan pembagian tanah-tanah di kota. Contoh : pengaturan pembagian tanah untuk tempat tinggal, sekolah, pasar dan toko.
2. Ditinjau dari Segi Obyek
a.       Perencanaan social ekonomi
Membahas pembangunan bidang social dan bidang ekonomi bangsa dan negara.
b.      Perencanaan pendidikan
Membahas soal-soal pendidikan mulai anak-anak sampai dewasa.
c.       Perencanaan industrialisasi
Membahas industrialisasi Negara.
3. Ditinjau dari segi tingkatan perencanaan
Tingkatan-tingkatan sesuai urutannya menurut Phiffner, John M. dan Robert Presthus :
a.       Perencanaan politik atau perencanaan kebijaksanaan atau perencanaan strategi.
Ditujukan untuk perencanaan yang membahas kebijakan secara umum dan garis-garis besar. Contoh : perencanaan pembangunan 5 tahun yang menentukan garis besar yang harus dilaksanakan dalam 5 tahun, seperti pembagian dalam sector swasta dan sector pemerintah.
Perencanaan strategi adalah perencanaan secara menyeluruh, komprehensif dan terintregasi antara berbagai fungsi organisasi sehingga menjadi pedoman bagi unit-unit usaha dan fungsi operasional lainnya.
b.      Perencanaan kerja.
Adalah penjelasan perencanaan politik . pada umumnya penyelenggaraan perencanaan kerja dilakukan oleh cabinet, bagian atau jawatan khusus yang harus melaksanakan kebijaksanaan yang disebutkan dalam perencanaan politik itu.
c.       Perencanaan operasi.
Menitikberatkan pada “technical know how” dan garis besarnya memuat :
·         Analisis program untuk menunjukkan fungsi-fungsi yang dimuat di dalamnya.
·         Penentuan prosedur yang spesifik untuk pelaksanaan, prosedur-prosedur itu sedapat mungkin distandarisasi menurut jumlah, waktu dan mutu.
·         Penunjukkan orang-orang untuk melaksanakan pekerjaan menurut prosedur yang ditetapkan.
4. Ditinjau dari segi waktu
a.       Perencanaan jangka panjang
Rencana untuk jangka waktu 5 tahun, namun disiapkan pila rencana untuk tahun demi tahun (≥5-25 (30) )
b.      Perencanaan jangka menengah
Rencana untuk jangka waktu 1 tahun atau lebih sampai dengan 5 tahun (1-5 tahun).
c.       Perencanaan jangka pendek
Biasanya perencanaan untuk masa 1 tahun atau kurang dari 1 tahun (≤1 tahun).
G.          Metode Perencanaan[15]
Smith secara umum menyebutkan 8 metode perencanaan :
1. Analisis Sumber – Cara – Tujuan (Mean- Ways- Goal Analysis)
Metode ini dipakai untuk meneliti sumber-sumber dan alternative mencapai tujuan tertentu. Tiga (3) faktor yang perlu dianalisis antara lain : 1). Sumber, 2). Cara untuk mencapai tujuan, 3). Tujuan.
2. Analisis Masukan – Keluaran (Input- OutputAnalysis)
Metode ini dipakai untuk mengkaji factor-faktor input pendidikan yang memengaruhi proses dan akibatnya terhaap keluaran secara interelasi dan interdepensi. Metode ini untuk menilai alternative dalam proses transformasi.
3. Analisis Ekonometrik ( Econometric Analysis)
Metode ini memakai data empiris, statistic, dan teori ekonomi dalam mengukur perubahan dalam hubungannya dengan ekonomi. Metode ini dekat dengan pendekatan untung rugi. Dan menggunakan persamaan yang mendiskripsikan hubungan interdepensi variable-variabel yang ada dalam suatu system.
4. Diagram Sebab – Akibat (Cause- Effect Diagram)
Metode ini dipakai dalam perencanaan yang menggunakan sekuen hipotetik untuk mendapatkan gambaran masa depan. Metode ini mirip dengan perencanaan stratejik.
5. Delphi
Metode ini dipakai untuk menentukan sejumlah alternative program, mendapatkan asumsi atau fakta yang melandasi pertimbangan tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai consensus. Dimulai dengan mengemukakan suatu masalah umum kemudian dijabarkan secara khusus untuk dipecahkan masing-masing ahlinya.
6. Heuristik
Metode ini dipakai untuk mendapatkan isu-isu dan mengakomodasi pendapat yang bertentangan. Metode ini didasarkan atas prinsip dan prosedur yang mensistematiskan langkah-langkah pemecahan masalah.
7. Analisis Siklus Kehidupan (Life- Cycle Analysis)
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan sumber daya dengan memerhatikan siklus kehidupan produksi (lulusan), proyek, program, dan kegiatan pendidikan. Tahapannya meliputi : 1). Konseptualisasi, 2). Spesifikasi, 3). Pengembangan prototype, 4). Pengujian dan evaluasi, 5). Operasi, 6). Produksi (lulusan).
8. Analisis Nilai Tambahan (Value Added Analysis)
Metode ini dipakai untuk mengukur keberhasilan peningkatan kelulusan atau pelayanan penididikan sehingga diperoleh gambaran konstribusi aspek tertentu terhadap aspek lainnya. Metode ini mirip dengan teori incremental.
H.      Asas-asas Perencanaan
ü  Principles of primacy of palnning (asas pengutamaan perencanaan)
Perencanaan aalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya. Seorang tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya, tanpa mengetahui tujuan dan pedoman dalam melaksanakan kebijaksanaan.
ü  Principles of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan)
Asas pemertaan perencaan memegang peran penting mengingat pemimpin pada tingkat yang tinggi banyak mengerjakan perencanaan dan tanggung jawab atas berhasilnya rencana itu.
ü  Principles of planning primise (asas patokan perencanaan)
Patokan-patokan perencanaan sangat berguna bagi ramalan, sebab premis-premis perencanaan apat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan dating.
ü  Principles of policy frame work ( asas kebijakan pola kerja)
Kebijaksanaan ini mewujudkan pola kerja dan program-program kerja tersusun.
ü  Principles of timing (asas waktu)
Ialah perencanaan waktu yang relative singkat dan tepat.
ü  Principles of planning communication (asas tata hubungan perencanaan)
Perencanaan dapat disusun dan dikoordinasikan dengan baik, jika setiap orang bertanggungjaewab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang memadai dalam bidang yang dilakukan.
ü  Principles of alternative (asas alternatif)
Alternative ada setiap rangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternative dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapainya tujuan yang ditetapkan.
ü  Principles of limiting factor (asas pembatasan faktor)
Dalam pemilihan alternative-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada factor-faktor strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan pembatasan factor merupakan syarat mutlak dalam penetapan keputusan.
ü  Principles the commitment (asas keterikatan)
Perencanaan harus memperhitungkan jangka waktu keterikatan yang diperlukan untuk pelaksanaanpekerjaan.
ü  Principles of flexibility ( asas fleksibilitas)
Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibilitas, tetapi tidak mengubah tujuan.
ü  Principles of navigation change (asas ketetapan arah)
Perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terus menerus terhadap kejadian-kejadian yang timbul pada pelaksanaan untuk mempertahankan tujuan.
ü  Principles of strategic planning (asas perencanaan strategis)
Dalam kondisi tertentu manajer harus memilih tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan rencana agar tujuan tercapai dengan efektif.
I.       Hambatan terhadap perencanaan[16]
Tugas dalam merencanakan sesuatu tidak bias dijalankan dengan baik sehingga perencanaan itu tidak tepat. Selain itu, sering pula pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Keadaan yang demikian itu disebabkan :
1.       Para perencana tidak cakap untuk melihat ke muka dengan tepat.
2.      Kewenangan-kewenangan atau kekuasaan-kekuasaan tidak jelas, samar-samar sehingga pelaksana bertindak ragu-ragu, atau kekuasaan dan kewenangan itu tidak cukup besar dan luas untuk mengerjakan tugasnya.
3.      Anggaran yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan pekerjaan, karena itu juga tidak sesuai dengan rencana anggaran dalam perencanaan.
4.      Tidak ada bantuan penduduk dan tidak ada moral support, umpamanya suatu rencana yang diterima dengan dingin oleh masyarakat ketika rencana itu akan dikerjakan. Terlebih buruk bila suatu rencana yang disambut dengan protes masyarakat. Dengan demikian apabila rencana tersebut terus dipaksakan, maka akan menimbulkan ketegangan-ketegangan  dan kerusuhan yang sulit diatasi.
            Menurut Stoner James, A.F. ada dua jenis hambatan utama terhadap pengembangan rencana yang efektif. Pertama adalah perlawanan internal para calon perencana terhadap penetapan sasaran dan penyususnan rencana untuk mencapainya. Kedua, yang terdapat di luar perencana, yaitu keengganan dan menolak rencana yang membawa perubahan dalam organisasi.
I.1.   Cara Mengatasi Hambatan[17]
1.  Melibatkan para pegawai, terutama mereka yang terkena pengaruh dalam proses perencanaan.
2.  Memberikan banyak informasi kepada para pegawai tentang rencana dan kemungkinan akibat-akibatnya, sehingga mereka memahmi perlunya perubahan, manfaat yang diharapkan dan apa yang diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.
3.  mengembangkan sesuatu pola perencanaan dan penerapan yang efektif, suatu track record yang berhasil mendorong kepercayaan kepada para pembuat rencana serta menyebabkan rencana baru tersebut diterima.
4.  menyadari dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan terhadap para anggota organisasi dan memperkecil gangguan yang tidak perlu.
J.   Tahap-tahap Persiapan untuk Perencanaan[18]
1.  Tahap Diagnosis
Diagnosis dalam kata Yunani kuno pada mulanya popular dalam bidang kedokteran. Artinya penentuan penyakit yang diderita seseorang. Namun yang kita maksudkan dengan diagnosis di sisni, penentuan masalah yang akan diselesaikan, khususnya masalah di dalam perusahaan. Artinya, kalau perusahaan sakit, maka ditentukan dahulu apa dan di mana yang sakit. Begitu pula dalam perencanaan, sebelum mulai disusun ditentukan dahulu situasi perusahaan saat ini dan apa sebabnya.
2.  Tahap Prognosis
Prognosis dalam kata Yunani kuno pada mulanya juga popular dalam bidang kedokteran. Artinya ramalan suatu penyakit yang diderita seseorang. Istilah inipun popular di bidang ekonomi. Jadi, yang dimaksud dengan prognosis ialah ramalan atau tinjauan ke depan terhadap aktivitas usaha ekonomi yang akan dilakukan. Pembuatan prognosis harus didasarkan bukti-bukti. Bukti berupa data diambil dari statistic yang menggambarkan masa lampau disebut data ex post. Data ex post yang dibutuhkan dalam pembuatan prognosis adalah data yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a.  Keadaan investasi di berbagai bidang usaha.
b. Volume produksi.
c.  Besarnya omset.
d.       Besarnya pesanan (permintaan).
e.  Persediaan di gudang.
f.  Tingkat harga dan upah dalam negeri.
g. Pertumbuhan dan susunan penduduk.
h. Keadaan penempatan tenaga kerja dan pengangguran.
i.   Tingkat pendapatan.
j.   Daya beli masyarakat.
3.  Tahap Tujuan
Langkah berikutnya yang dilakukan setelah mendapatkan prognosis adalah meninjau kembali apakah gambaran yang diberikan oleh prognosis tersebut sesuai dengan tujuan usaha perusahaan. Bila tidak, maka perusahaan meninjau kembali tujuan usahanya.
4.  Tahap Strategi
Istilah strategi pada mulanya popular di bidang kemiliteran, rupanya kini popular pula di dalam ilmu ekonomi perusahaan. Strategi juga berasal dari kata Yunani kuno uang dapat diartikan sebagai ilmu bela diri atau perang. Yang dimaksud dengan strategi dalam perencanaan ialah bagaimana caranya agar perusahaan dapat melaksanakan perencanaan yang sedang dipersiapkan tersebut sehingga mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
Pengertian strategi dalam konteks manajemen adalah perencanaan secara menyeluruh yang terintregasi dan komprehensif sehingga menjadi pedoman bagi setiap perusahaan operasional unit-unit organisasi perusahaan atau nonperusahaan.
5.  Tahap Taktik
Kata taktik juga berasal dari bahasa Yunani kuno. Istilah ini tampaknya sejak zaman Yunani kuno dipakai di bidang kemiliteran. Taktik berarti cara memimpin pasukan di medan laga. Namun, yang dimaksud dengan taktik dalam perencanaan adalah bagaimana cara pelaksanaan agar sampai ke tempat tujuan. Missal : Suatu perusahaan bermaksud untuk menjual produk X ke pasar, agar produk tersebut berhasil terjual maka dipakai taktik, yaitu dengan menggalakkan kampanye promosi produk X di pasar.
6.  Tahap Kontrol
Kontrol atau pengawasan atau pengendalian di dalam manajemen pada dasarnya adalah mengamati dan melokalisasi dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang dihadapi.
K.   Keuntungan dan Kerugian Perencanaan
Ø  Keuntungan
1.      Perencanaan menyebabkan semua aktivitas teratur dan terorganizir dengan baik dan bermanfaat.
2.      Perencanaan dapat menggambarkan keseluruhan perusahaan dan pekerjaan dengan jelas.
3.      Perencanaan  menyebabkan semua aktivitas terarah dan ekonomis.
4.      Dengan adanya perencanaan tujuan menjadi jelas dan rasional.
5.      Perencanaan akan meningkatkan daya guna dan sumber daya yang dimiliki.
Ø  Kerugian
1.      Perencanaan mempunyai penghalang-penghalang psikologis, karena orang memperhatikan masa sekarang daripada masa yang akan datang.
2.      Biaya yang dikeluarkan relative cukup besar.
3.      Perencanaan membatasi tindakan para pekerja, karena  mereka bekerja sesuai dengan pola yang telah direncanakan.
4.      Perencanaan menyebabkan terlambatnya tindakan  yang perlu diambil dalam keadaan darurat.
5.      Informasi mengenai masa yang akan dating belum tentu tepat sasaran.
L.   Kiat-kiat Perencanaan yang Baik[19]
1.  Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah hal baik.
2.  Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukuan memiliki banyak manfaat.
3. Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan.
4. Dilakukan studi banding/benchmark  (melakukan studi terhadap praktik terbaik dari perusahaan sejenis yang telah sukses menjalankan bisnisnya.
5. Dipikirkan prosesnya. Proses seperti apa yang harus dilakukan ? Apakah proses itu tetap ?
Gambar Perencanaan yang baik















































 

Referensi:

[1] Husaini Usman,”MANAJEMEN:Teori,Praktik,dan Riset Pendidikan”,(Jakarta:Bumi Aksara,2008),hal.60.
[2] Ibid.
[3] Ibid
[4] Ibid,hal.61
[5] Ibid.
[6] Yayat M. Herujito,”Dasar-dasar Manajemen”,(Jakarta:PT.Grasindo,2001),hal.85.
[7] Ibid.
[8] Husaini Usman,”MANAJEMEN:Teori,Praktik,dan Riset Pendidikan”,(Jakarta:Bumi Aksara,2008),hal.60
[9] Ibid.
[10] Ibid,hal.65-69.
[11] Yayat M. Herujito,”Dasar-dasar Manajemen”,(Jakarta:PT.Grasindo,2001),hal.86.
[12] Ibid,hal.87.
[13] Ibid,hal.89-90.
[14] Ibid,hal.93-97.
[15] Husaini Usman,”MANAJEMEN:Teori,Praktik,dan Riset Pendidikan”,
(Jakarta:Bumi Aksara,2008),hal.77-81
[16] Yayat M. Herujito,”Dasar-dasar Manajemen”,(Jakarta:PT.Grasindo,2001),hal.97-98.
[17] Ibid,hal.98-99.
[18] Ibid,hal.102-108.
[19] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung,”Manajemen Syariah dalam praktik”,(Jakarta:Gema Insani Press,2003),hal.90-91.