Minggu, 08 November 2015

Return dan Risiko dalam Manajemen Keuangan Syariah



RETURN DAN RISIKO DALAM MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

A.    PERHITUNGAN RETURN
Return adalah tingkat keuntungan atau pengembalian modal (ma’ad).[1] Misalkan kita membeli aset keuangan (dayn) dalam bentuk saham dengan harga Rp. 1.000, kemudian satu tahun mendatang kita menjual dengan harga Rp. 1.200. perusahaan membayar deviden sebesar Rp 100 pada tahun tersebut.
Tingkat keuntungan dihitung sebagai berikut :
                           Rp 1.200 + Rp 100 Rp 1.000
            Return (                                                       ) x 100%
                                                Rp 1.000
( Rp 300 / Rp 1.000 ) x 100 % = 30 %
Formula yang lebih umum untuk menghitung return adalah sebagai berikut :
Return = {[ (Pt – Pt-1) + Dt]/ Pt-1} x 100%

Dimana :
Pt                   = Harga atau nilai pada periode t
Pt-1                = Harga atau nilai pada periode sebelumnya (t-1)
Dt                  = Dividen yang dibayarkan pada periode t
Periode tersebut bisa harian, bulanan dan tahunan. Dalam contoh di atas, periode tersebut adalah tahunan. Dengan demikian, pada contoh di atas, maka investor memperoleh keuntungan sebesar 30% per-tahun.

B.     PERHITUNGAN TINGKAT KEUNTUNGAN (RETURN) YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO
Risiko diartikan sebagai kemungkinan penyimpanan dari hasil yang diharapkan. Untuk mengoperasionalkan definisi tersebut, kita bisa menggunakan standar deviasi untuk menghitung dispersi (penyimpanan) dari hasil yang diharapkan. Dengan demikian standar deviasi kita gunakan untuk mengukur risiko, jadi, semakin besar standar deviasi tingkat keuntungan suatu aset, semakin tinggi risiko aset tersebut.[2]
Misalkan ada dua aset A dan B. Kemudian, kita memperkirakan beberapa skenario di masa mendatang dengan probabilitas dan tingkat keuntungan (return) yang terjadi. Gambaran dapat dihitung seperti berikut :

Perhitungan Tingkat Keuntungan yang Diharapkan
Kondisi Perekonomian
Probabilitas
Muamalah
(A) %
Syariah
(B) %
Sangat baik
Baik
Normal
Jelek
Sangat jelek
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
25
15
7,5
5
2,5
3
5
6
6,5
7
Tingkat keuntungan yang Diharapkan

11%
5,5%

Perhatikan bahwa probabilitas berjumlah satu (0,20+0,2+0,2+0,2+0,2=1). Ada dua hukum probabilitas, yaitu :
1.      Jumlah probabilitas harus sama dengan 1
2.      Nilai probabilitas harus besar atau sama dengan nol.
Kedua hal tersebut merupakan persyaratan dari probabilitas. Berapa tingkat keuntungan dan risiko untuk aset Muamalah dan Syari’ah? Tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) bisa dihitung sebagai berikut ini.
E(RMuamalah) = 0,20 (25%) + 0,20 (15%) + 0,20 (5%) + 0,20 (2,5%) = 11%
E(RSyariah) = 0,20 (3%) + 0,20 (5%) + 0,20( 6%) + 0,20 (6,5) + 0,20 (7%) = 5,5%
Hal tersebut terlihat bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan untuk saham Muamalah lebih tinggi dibandingkan Syariah. Risiko untuk menentukan daya tarik investasi Muamalah dan Syariah bisa dihitung dengan menghitung standar deviasi return masing-masing saham.
Perhitungan standar deviasi untuk masing-masing saham dapat dilakukan sebagai berikut ini :
Pertama kita menghitung varians return untuk masing-masing saham. Setelah varians ditemukan, standar deviasi dihitung sebagai akar dari varians return tersebut.
σA2 = 0,25 (20 – 9)2 + 0,25 (10 – 92) + 0,25 (7,5 – 92) + 0,25 (5 – 9)2 + 0,25 (2,5 – 9)2 = 36,5
σA  = (36,5)1/2 = 6,04%
σB2 = 0,25(2,5 5,2)2 + 0,25 (4 – 5,2)2 + 0,25 (6   5,2)2 + 0,25 (6,5 –5,2)2 + 0,25 (7 – 5,2)2
= 2,68
σB = (2,68)1/2 = 1,69%
Dalam perhitungan di atas, penyimpanan dari mean (return yang diharapkan)  dikuadratkan. Cara semacam itu dilakukan karena jika tidak kuadratkan, penyimpangan positif dan negatif akan cenderung menghasilkan angka nol jika dijumlahkan.
Contoh diatas juga menunjukkan angka-angka yang diharapkan, yaitu semakin tinggi risiko suatu asset, maka semakin tinggi pula keuntungan yang diharapkan dari aset tersebut. Dalam pasar efisien, hal semacam itu yang akan terjadi. Namun demikian, jika pasar efisien masih ada ketidaksempurnaan pasar, kita bisa mengharapkan aset yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi tetapi mempunyai risiko yang rendah.
Secara umum, formula untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko (standart deviasi) dari tingkat keuntungan tersebut adalah sebagai berikut ini :
E(R) = Σ pi Ri                                                                         (2)
σR2 = Σ pi (Ri – E(R) )2                                                                           (3)
σR = (ōR2)1/2                                                                             (4)
Dimana :
E(R)    = tingkat keuntungan yang diharapkan
Pi         = probabilitas untuk kondisi/scenario i
Ri        = return atau tingkat keuntungan pada scenario i
σR           = standar deviasi return (tingkat keuntungan)
σR2         = varians return (tingkat keuntungan)

C.    TINGKAT KEUNTUNGAN YANG DIHARAPKAN
Portofolio adalah gabungan dari dua aset atau lebih.[3] Definisi portofolio menurut kamus ekonomi islam adalah kumpulan surat berharga, termasuk saham, obligasi, dan sebagainya[4] Dalam contoh di atas, jika aset A dan B digabungkan menjadi portofolio dengan proporsi masing-masing 50%. Tingkat keuntungan portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan aset individualnya. Misalnya portofolio tersebut diberi simbol dengan P, maka tingkat keuntungan P adalah :
E(Rp) = 0,5 (9) + 0,5 (5,25) = 7,13%
Dengan kata lain, formula tingkat keuntungan yang diharapkan untuk suatu portofolio bisa dituliskan sebagai berikut :
E(RP) = ΣX1 E(R1)
Dimana:
E(Rp)   = tingkat keuntungan yang diharapkan untuk fortofolio
X1          = proporsi (bobot) untuk aset individual i
E(R1)   = tingkat keuntungan yang diharapkan untuk aset individual i

1.      Risiko Fortofolio
a.       Kovarians Dua Aset
Perhitungan portofolio lebih kompleks. Resiko portofolio tidak hanya merupakan rata-rata tertimbang dari resiko individualnya. Resiko (varians) portofolio, untuk portofolio dengan dua aset, dapat dihitung sebagai berikut :
σp2 = XA2ōA2 + XB2 + 2XAXB ōAB
Dimana :
XA dan XB    = proporsi investasi untuk aset A dan B
σA2 dan ōB2 = varians return aset A dan return B
σAB                 = kovarians return aset A return aset B

Dari term-term di atas, hanya term σAB  (koefisien return aset Muamalah dengan Syariah) yang belum kita bicarakan. Kovarians  return dua aset mengukur arah pergerakan dua aset tersebut. Misalnya kita mempunyai plot return dua aset X dengan Y dan X dengan Z.
Kovarians antar dua aset dihitung dengan formula sebagai berikut ini :
σAB = Σ P1 (RAi – E(RA)) (RBi – E(RB))
dimana:
pi                     =  probabilitas untuk skenario i
RAi – RBi             = return asset A dan B untuk skenario i
E (RA), E (RB) = expected return untuk asset A dan B

Dengan menggunakan contoh di atas, perhitungan kovarians bisa dilakukan sebagai berikut :
Perhitungan kovarians
Kondisi perekonomian
Probabilitas
(M)
(S)
Kovarians M dengan S
Sangat baik
Baik
Normal
Jelek
Sangat jelek
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
20
10
7,5
5
2,5

2,5
4
6
6,5
7
0,2 (20 – 9) (5-5,25) = -5,94
0,2 (10-9) ( 4—5,25) = -0,24
0,2 (7,5-9) (6-5,25) = -0,24
0,2 (5,0-9) (6,5-5,25) = -1,04
0,2 (2,5-9) (7-5,25) = -2,34

1,00
9%
5,25%
=-9,80

Pada tabel tersebut, kovarians M dengan S bertanda negatif sebesar 9,8 yang artinya pergerakan harga aset M dengan S berlawanan arah. Setelah mengatahui kovarians aset M dengan S tersebut, kita bisa menghitung varians portofolio C (gabungan M dengan S dengan komposisi masing-masimg 50%) dengan menggunakan formula (6) sebagai berikut :

σp2          = XM2 σS2 + XS2 σS2 + 2XM XS σMS
σP2         = (0,5)2 (6,04)2 +(0,5)2 (1,69)2 + 2(0,5) (0,5) (-9,80)
σP2       = 4,93
σP        = 2,22%
Risiko tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata tertimbang risiko insividualnya rata-rata tertimbang individualnya adalah :
σp = 0,5 (6,04) = 0,5 (1,69) = 3,87%

b.      Koefisien korelasi
Meskipun kovarians bisa memberi gambaran arah pergerakan dua asset, tetapi angka kovarians sensitive terhadap unit pengukuran. Misalkan dalam contoh diatas, return tidak dinyatakan presentase, tetapi dalam sedimal. Sebagai contoh,return sekuritas M dan S pada kondisi sangat baik adalah 0,2 dan 0,025, dan seterusnya. Kovarians yang dihitung dari table diatas. Apakah dengan demikian arah pergerakan dengan unit decimal lebih kecil dibandingkan -9,80 dari table diatas. Apakah dengan demikian arah pergerakan dengan unit decimal lebih kecil dibandingkan dengan unit presentase? Jawabanya tidak, karena tidak tahu data untuk keduanya pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam unitnya.
Untuk menghilangkan kelemahan tersebut, koefisien korelasi bias dihitung. Koefisien tersebut bias dihitung sebagai berikut :
σMS = rMS σM σM
atau
rMS = σMS/ σM σS

Dimana :
rMS         = korelasi antara return asset M dengan return asset S
Dengan menggunakan contoh di atas, korelasi antara return asset M dengan return asset S bias dihitung sebagai berikut ini :
RMS = σMS/ σM σM
         = -9,80 / (6,04 x 1,69)
       = -0,96

D.    EFEK DIVERSIFIKASI
Diversifikasi dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian pada investor. Risiko portofolio seperti halnya pendapat para pakar keuangan mengatakan bahwa jangan menaruh telur pada ranjang yang sama karena apabila ranjang tersebut jatuh maka semua akan pecah dan jika telur-telur tersebut diletakkan di keranjang yang berbeda, maka jika keranjang yang satu jatuh masih ada telur-telur di keranjang yang lain. Dengan kata lain, diversifikasi yaitu seorang investor meletakkan sahamnya tidak pada satu tempat saja.
Secara umum, jika jumlah aset dalam portofolio ditambah (ditambah secara random) ada kecenderungan risiko portofolio tersebut semakin mengecil. Semakin ditambah jumlah asetnya, maka penurunan portofolio semakin kecil. Dengan kata lain, risiko akan semakin menurun dengan tingkat penurunan yang semakin melambat dengan ditambahnya jumlah aset dalam portofolio.



E.     SET YANG EFISIEN
Dalam membentuk portofolio yang efisien investor perlu berpegang pada perilaku yang berasumsi pengambilan keputusan yang dilakukan investor. Salah satu asumsi yang terpenting adalah investor tidak menyukai suatu risiko, dalam arti investor cenderung akan memilih investasi yang berisiko rendah.[5]
Investor akan melalukukan pilihan-pilihan investasi yang memberikan keuntungan tertentu dengan risiko yang rendah atau yang dapat ditanggungnya. Dalam kondisi tersebut, maka investor harus mampu membentuk portofolio yang efisien, yakni melakukan investasi dalam sekuritas atau gabungan sekuritas yang memberikan keuntungan yang diharapkan tertentu dengan tingkat risiko tertentu yang rendah dan yang dapat investor tanggung.[6] Seorang investor berusaha untuk mencari pilihan instrumen dan gabungan investasi yang bersifat hight return dengan lower risk.

F.     MODEL INDEKS TUNGGAL
Jika aset dalam portofolio bertambah, maka komponen yang perlu dihitung dalam portofolio juga menjadi semakin banyak. Jika ada N aset dalam portofolio, maka perlu menghitung seperi berikut ini :[7]
(N (N+1))/2 parameter, yang terdiri dari N varians, dan (N (N-1))/2 kovarians.
Misalnya jika terdapat saham dalam portofolio, maka kita akan menghitung risiko portofolio tersebut. Jadi cara menghitungnya seperti ini:
300 varians dan 150 (299) = 44.850 kovarians. Jumlah tersebut cukup besar. Jika jumlah aset dalam portofolio adalah 1.000, maka jumlah parameter yang harus dihitung sekitar 500.000 parameter.
Terdapat dua masalah yang menyebabkan model perhitungan risiko tersebut tidak bisa diaplikasikan menyebabkan model portofolio Markowitz mengalami perkembangan yang lambat.
1.      Risiko dan Return Aset Tunggal Berdasarkan Model Indeks Tunggal
Selanjutnya, William Shape mengembangkan model indeks tunggal (single index model). Menurut model tersebut, return suatu saham dipengaruhi oleh faktor bersama tunggal. Secara matematis, rumus Shape sebagai berikut :[8]
Rit = αi + βi Ft + eit
Faktor bersama yang dimaksud, biasanya adalah return pasar. Artinya, pergerakan return saham dipengaruhi oleh return pasar. Jika kondisi pasar baik, maka return saham individual juga akan baik. Sebaliknya, jika kondisi pasar buruk, maka return saham individual juga akan buruk. Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk aset tersebut dapat dituliskan :
E(Ri) = αi + βi E(RM)
Menurut model indeks tunggal, total risiko dapat dipecah ke dalam dua komponen yaitu :
σi2 = β i2σM2 + σei2
(Risiko Total) = ( Risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi) + (Risiko yang bisa dihilangkan melalui diversifikasi)
Dimana :
σi2                       = Risiko total
β i2                        = Beta sekuritas
σM2     = Varians return pasar
σei2      = Varians error sekuritas i
2.      Return dan Risiko Portofolio Berdasarkan Model Indeks Tunggal
Portofolio dengan N aset, tingkat keuntungan yang diharapkan untuk suatu portofolio dapat dituliskan :
E(Rp) = αp + βp E(RM)
Dimana :
E(Rp)                  = Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk portofolio
αp                         = Intercept untuk portofolio
βp                         = Beta portofolio
E(RM)            = Tingkat keuntungan pasar yang diharapkan.                                                                                                                                                                                                                                                 

















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Return adalah tingkat keuntungan atau pengembalian modal (ma’ad). Sedangkan risiko diartikan sebagai kemungkinan yang bisa saja terjadi pada penyimpanan dari hasil yang diharapkan.
Dalam berinvestasi terdapat istilah seperti difversifikasi. Diversifikasi dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian pada investor. Risiko portofolio seperti halnya pendapat para pakar keuangan mengatakan bahwa jangan menaruh telur pada ranjang yang sama karena apabila ranjang tersebut jatuh maka semua akan pecah dan jika telur-telur tersebut diletakkan di keranjang yang berbeda, maka jika keranjang yang satu jatuh masih ada telur-telur di keranjang yang lain. Dengan kata lain, diversifikasi yaitu seorang investor meletakkan sahamnya tidak pada satu tempat saja.


[1] Muhammad, Manajemenen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hlm. 201.
[2] Ibid., hlm. 202.
[3] Ibid., hlm. 204.
[4] Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam,  (Yoggyakarta: Total  Media), hlm. 208.
[5] Panji Anoraga dan Puji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: PT Pineka Cipta), hlm. 106.
[6] Nor Hadi, Pasar Modal; Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan Pasar Modal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 207.
[7] Muhammad, Manajemenen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hlm. 222.
[8] Ibid., hlm. 223.

1 komentar: