Sabtu, 07 November 2015

Analisis Laporan Keuangan



 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

A. Pengenalan Laporan Keuangan
           
Laporan keuangan adalah laporan perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan ( I Made Sudana, 2009:15). Laporan keuangan yang dianalisis adalah laporan rugi laba dan neraca
B. Fungsi Laporan Keuangan antara lain:
*       Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas
*       Menyediakan informasi mengenai kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai informasi akutansi dalam pengambilan keputusan.
C. Bagian-Bagian Laporan Keuangan Meliputi :
*       Neraca (Balance Sheet), menyajikan aktiva pada sisi sebelah kiri,yang merupakan alokasi dari dana,kewajiban dan ekuitas pada sebelah kanan yang merupakan sumber dana perusahaan.
*       Laporan Laba Rugi (Income Statement), laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi,biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun.
*       Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow), Tujuan dari pembuatan laporan arus kas ini adalah:
  1. Memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.
  2. Memberikan informasi mengenai efek kas dari tiga kategori aktivitas yaitu aktivitas investasi,aktivitas pendanaan,aktivitas operasi.
D. Penjabaran Macam Laporan Keuangan
D.1. Neraca ( Balance Sheet)
            Neraca menggambarkan posisi keuangan pada saat atau tanggal tertentu. Dalam neraca terdapat sisi aktiva, yang terdiri atas aktiva tetap dan aktiva lancar. Dan sisi pasiva, yang terdiri atas utang lancar, utang jangka panjang dan modal sendiri pemegang saham.Contoh Penyajian Neraca suatu perusahaan :


Neraca PT.BETA
31 Desember 2008 (dalam juta Rp)
Aktiva                                                             Pasiva
Kas dan surat berharga Rp160       Utang dagang                        Rp            266
Piutang                                  688       Utang wesel                           123
Persediaan                            555
                                                           
Total utang lancar       Rp       389
Total Aktiva               Rp     1.403      Utang jangka panjang         
Lancar                                                 Utang Obligasi                       454
Aktiva Tetap                                       Modal
Tanah, gedung, dan                          Saham biasa               Rp       600
Peralatan (bersih)
Rp         1.709       Agio                                          40
                                                            Laba ditahan                      1.629
                                                           
Total modal                 Rp    2.269
Total Aktiva             Rp      3.112       T. utang dan modal   Rp   3.112
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 16)
Nilai Buku Dan Nilai Pasar
           
Perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar akan menjadi semakin besar pada modal sendiri pemegang saham. Nilai buku modal dicatat berdasarkan jumlah uang yang disetor pemegang saham yang terdiri atas nilai nominal saham dan agio ditambah laba ditahan. Nilai pasar aktiva adalah sama dengan nilai pasar utang ditambah dengan nilai pasar modal sendiri. Nilai pasar modal sendiri adalah sama dengan harga pasar saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.


                                   
V = D+E

V = Value of the firm (nilai perusahaan)
D = Debt (utang perusahaan)
E  = Equity (modal sendiri)
            Sebagai contoh, suatu perusahaan ingin mendirikan pabrik barusenilai Rp10 miliar,dengan dana Rp4 miliar berasal dari utang dan sisanya modal sendiri yaitu menerbitkan saham. Jumlah lembar saham yang beredar adalah
1 juta rupiah,sehingga nilai buku per lembar saham adalah Rp6 miliar dibagi
 1 juta, sebesar Rp 6.000 per lembar saham. Jika neraca yang disusun berdasarkan nilai buku maka akan tampak pada table di bawah ini :
Neraca Nilai Buku
(dalam Miliar Rp)
Aktiva                         Pasiva 
Pabrik                        10        Utang                                      4
                                    Modal sendiri                         6
                        10                                                        10

I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 17)
Misalkan saham tersebut memiiki harga Rp7.500 per lembar, dan jika neraca disajikan berdasarkan pada nilai pasar, maka akan tampak sebagai berikut :
Neraca Nilai Pasar
(dalam Miliar Rp)
Aktiva                         Pasiva 
Pabrik                        11,5     Utang                          4
                                    Modal sendiri             7,5
                        11,5                                         11,5
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 17)

D.2. Laporan Laba Rugi
            Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memperlihatkan penghasilan, biaya dan pendapatan bersih dari suatu perusahaan selama satu periode waktu. Contoh laporan Laba-Rugi PT BETA tahun 2008(dalam juta).
Penjualan                                           Rp       1.509
Harga pokok penjualan                                (750)
Laba kotor                                         Rp          759
Biaya operasi dan penjualan                           (65) 
Laba sebelum bunga dan pajak      Rp          694
Biaya bunga                                                      (70)
Laba sebelum pajak                          Rp          624
Pajak                                                                (212)
Laba bersih setelah pajak                Rp          412
            Dividen                                   Rp          103
            Laba ditahan                                        309
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 18)
Laba atau profit menurut akuntansi berbeda dengan arus kas (cash flow). Setidaknya ada 3 alasan untuk mendukung pernyataan ini.
1. Pertama, akuntansi biasa membagi pembayaran tunai (cash flow) menjadi:
    (1) current expenditure, misalnya gaji dan (2) capital expenditure, misalnya pembelian mesin. Current expenditure akan mengurangi current profit  tetapi capital expenditure dibagii sepanjang usia aktiva tersebut dalam bentuk depresiasi.
2. Kedua, pertimbangkan kondisi berikut: pada periode 1 perusahaan memproduksi barang yang dijual pada periode 2 dan dibayar pada periode 3. Akuntan akan mencatat adanya penjualan pada periode 2 di laporan laba-rugi dan ada tambahan piutang di neraca.
3. Akuntan  biasanya menyesuaikan periode pengeluaran biaya dengan periode pendapatan dari penjualan untuk menghitung laba (konsep accrual accounting).

D.3. Laporan Arus Kas
           
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode waktu.
Arus kas dari aktiva                                                              Arus kas yang berasal dari aktiva terdiri atas: arus kas operasi, arus kas investasi dan perubahan modal kerja bersih. Arus kas operasi berasal dari aktivitas produksi dan penjualan sehari-hari. Pengeluaran kas untuk investasi menunjukkan pengeluaran kas bersih untuk aktiva tetap. Perubahan dalam modal kerja bersih  di ukur sebagai perubahan bersih aktiva lancar relatif terhadap utang lancar selama periode tertentu dan menunjukkan jumlah pengeluaran untuk modal bersih.

Arus Kas Operasi                                                                 Kas yang berasal dari aktivitas bisnis perusahaan yang normal. Untuk menghitung arus kas operasi berdasarkan pada penjualan dikurangi biaya, tetapi tidak memperhitungkan penyusutan dan juga tidak memperhitungkan biaya bunga karena merupakan pengeluaran untuk pendanaan.
            Arus kas operasi PT BETA tahun 2008 dengan asumsi bahwa dalam harga pokok penjualan dan biaya operasi terdapat biaya penyusutan sebesar Rp 6,5 juta, maka perhitungan arus kas operasi tersebut tampak pada tabel sebagai berikut :
Laporan arus kas operasi
PT BETA Laporan Arus Kas Operasi 2008   
(dalam juta rupiah)
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)     Rp 694
+ Penyusutan                                                        65
-  Pajak                                                                212
Arus kas operasi                                            Rp  547
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 20)

Arus kas investasi (Capital spending)                  
Arus kas untuk investasi bersih atau net capital adalah kas yang dikeluarkan untuk aktiva tetap dikurangi dengan kas yang diterima dari penjualan aktiva tetap. Perhitungan arus kas investasi untuk PT BETA tahun 2008 dengan asumsi pada akhir 2007 perusahaan mempunyai aktiva tetap bersih RP1.644 juta, maka besarnya arus kas investasi tahun 2008 tampak pada tabel sebagai berikut :


Laporan arus kas investasi
PT BETA Laporan Arus Kas Investasi 2008 
(dalam juta rupiah)
Aktiva tetap bersih akhir 2008        Rp   1.709
- Aktiva tetap bersih awal 2008               1.644
+ Penyusutan                                                  65
Investasi bersih                                  Rp      130
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 20)
Perubahan modal kerja bersih                   
Perusahaan selain melakukan investasi pada aktiva tetap juga investasi pada aktiva lancar. Karena prusahaan melakukan investasi pada aktiva lancar, utang lancar biasanya juga berubah. Untuk menentukan perubahan modal kerja bersih, pendekatan yang paling mudah adalah menghitung perbedaan modal kerja bersih akhir tahun dengan modal kerja bersih awal awal tahun. Perhitungan perubahan modal kerja bersih PT BETA 2008 disajikan pada tabel dibawah ini :
Laporan perubahan modal kerja bersih
PT BETA Laporan Perubahan Modal Kerja Bersih 2008            (dalam juta rupiah)
Modal kerja bersih akhir 2008                    Rp   1.014
- Modal kerja bersih awal 2008                              684
Perubahan dalam modal kerja bersih         Rp      330
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 20)
           
            Dengan demikian jumlah arus kas dari aktiva perusahaan PT BETA pada tahun 2008 adalah jumlah kas operasi dikurangi dengan jumlah kas yang diinvestasikan pada aktiva tetap dan modal kerja, sebagaimana tampak pada tabel berikut :
PT BETA Laporan Arus Kas dari Aktiva      
(dalam juta rupiah)
Arus kas operasi                                Rp   547
- Arus kas investasi bersih                        130
+ Perubahan modal kerja bersih              330
Arus kas dari aktiva                         Rp     87
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 21)

            Berdasarkan hasil perhitungan tersebut jumlah kas yang beasal dari aktiva perusahaan sebesar Rp87 juta. Jumlah arus kas dari aktiva tersebut sama dengan jumlah arus kas untuk kreditur dan pemegang saham. Arus kas yang negatif berarti perusahaan memperoleh dana lebih banyak dari utang dan penerbitan saham daripada yang dibayarkan perusahaan kepada kreditur dan pemegang saham selama satu tahun.                                   Arus kas dari aktiva kadang-kadang diberi nama yang berbeda, yaitu free cash flow. Free cash flow berarti arus kas yang bebas didistribusikan perusahaan kreditur dan pemegang saham karena perusahaan tidak lagi membutuhkan untuk investasi pada modal kerja atau aktiva tetap.

Arus kas untuk kreditur dan pemegang saham                Arus kas untuk kreditur dan pemegang saham menunjukkan pembayaran bersih kepada kreditur dan pemilik perusahaan selama satu tahun. Arus kas kepada kreditur adalah bunga yang dibayar dikurangi dengan pinjaman baru bersih, sedangkan arus kas untuk pemegang saham adalah deviden yang dibayarkan dikurangi jumlah modal sendiri baru yang diperoleh.

Arus kas untuk kreditur      
           
Berdasarkan laporan laba rugi PT BETA, tampak bahwa perusahaan membayar bunga Rp70 juta kepada kreditur. Misalkan pada tahun 2007 utang obligasi perusahaan sebesar Rp408 juta, dan pada tahun 2008 dineraca utang obligasi menjadi Rp454 juta, berarti ada kenaikan sebesar Rp46 juta. Maka arus kas bersih kepada kreditor akan tampak pada tabel dibawah ini :
Arus kas kepada kreditur
PT BETA Arus Kas untuk Kreditur 2008     
(dalam juta rupiah)
Pembayaran bunga               Rp   70
- Pinjaman bersih                          46
Arus kas untuk kreditur      Rp   24
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 22)

Arus kas untuk pemegang saham                         
           
Berdasarkan laporan laba rugi PT BETA, tampak bahwa deviden kas yang dibayarkan kepada pemegang saham sebesar Rp103 juta. Untuk mengetahui kenaikan modal baru yang diperoleh perusahaan, dapat dilihat pada kenaikan modal saham dan agio. Misalkan pada neraca tahun 2007 modal saham dan agio perusahaan sebesar Rp600 juta. Pada neraca 2008 tampak bahwa nilai modal saham dan agio menjadi Rp640 juta. Dengan demikian arus kas untuk pemegang saham tampak sebagai berikut :
Arus kas untuk pemegang saham
PT BETA Arus Kas untuk Pemegang Saham 2008
(dalam juta rupiah)
Dividen yang dibayarkan                                         Rp   103
- Jumlah modal baru bersih yang diperoleh                     40
Arus kas untuk pemegang saham                          Rp     63
I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 22)
Berdasarkan hasil perhitungan arus kas tersebut dapat dibuktikan bahwa arus kas dari aktiva sebesar Rp87 juta = arus kas untuk kriditur + arus kas untuk pemegang saham (Rp24 juta + Rp63 juta).
Mengapa laporan arus kas dibutuhkan? Adanya perbedaan antara arus kas dengan penghasilan atau laba akuntansi pada laporan laba rugi. Perbedaan ini terjadi karena: (1) laporan laba rugi tidak mencatat pengeluaran modal sebagai biaya pada tahun ketika terjadi pengeluaran kas, tetapi dibagi-bagi dalam bentuk biaya depresiasi, dan (2) laporan laba rugi menggunakan konsep accrual accounting yang menyatakan bahwa pendapatan dan biaya dicatat saat terjadi, bukan saat diterima atau dibayar dalam bentuk kas.

Contoh Soal dan Jawaban Laporan Arus Kas

Statement of Cash Flow ( Laporan Arus Kas)
Contoh soal dan jawaban mengenai Statement of cash flow:
Laporan keuangan PT. Karya Abadi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
Laba Bersih                                         : Rp. 150.000.000
Penjualan                                            : Rp. 750.000.000
Harga Pokok Penjualan                      : Rp. 450.000.000
Beban Penyusutan                             : Rp.   80.000.000
Beban Operasi                                    : Rp.   62.000.000
Beban Bunga                                      :Rp.     8.000.000
Pengumuman Dividen dan dibayar    60% dari Laba Neraca komperatif untuk beberapa akun tertentu menunjukkan saldo sebagai berikut:

KETERANGAN
31 DESEMBER 2009
31 DESEMBER 2008
Piutang Usaha
Rp. 30.000.000
Rp. 55.000.000
Persediaan
Rp. 70.000.000
Rp. 40.000.000
Utang Usaha
Rp.25.000.000
Rp. 40.000.000
Utang Bunga
Rp. 0
Rp. 2.000.000
            I Made Sudana (Manajemen Keuangan teori dan praktik, 2009: 22)

Diminta : Hitunglah jumlah kas bersih yang dihasilkan / digunakan dalam aktivitas operasi untuk tahun 2009 baik menggunakan metode langsung maupun tidak langsung!
Metode Langsung/ Direct Method:
Arus kas dari Kegiatan Operasi :
Kas diterima dari pelanggan               : Rp. 775.000.000
(Berasal dari Penjualan + Piutang yang dibayar)
Kas dibayar untuk Persediaan            : Rp. 495.000.000
(Berasal dari HPP + Penambahan Persediaan + Penambahan Utang)
Kas dibayar untuk Beban Oprasi        : Rp. 62.000.000
Kas dibayar untuk bayar bunga          : Rp.10.000.000
(Berasal dari beban bunga + utang yang telah dibayar)
Net cash flow From Operating Activies:Rp208.000.000
Metode Tidak Langsung / Inderect Method
Arus kas dari Kegiatan Operasi :
Laba Bersih                                         : Rp.150.000.000
Penyusutan                                         : Rp.80.000.000
Peningkatan dari Akun Piutang          : Rp.25.000.000
Peningkatan Persediaan                     : Rp. 30.000.000
Penurunan dari Akun Utang               : Rp. 15.000.000
Penurunan dari Utang Bunga             : Rp.   2.000.000
Net cash flow from Operating Activies: Rp. 208.000.000

E.   Analisis Laporan Keuangan

Menurut I Made Sudana (2009: 22), analisis laporan keuangan penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja yang dicapai manajemen perusahaan di masa yang lalu, dan juga untuk bahan pertimbangan dalam menyusun rencana perusahaan ke depan. Salah satu cara untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan perusahaan adalah dengan melakukan analisis laporan keuangan. Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Ada 5 jenis rasio keuangan, yaitu sebagai berikut:

*               Leverage Ratio
Ratio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Besar kecilnya leverage ratio dapat diukur dengan cara:


1.    Debt Ratio
Debt ratio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva semakin besar, yang berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya.



2.    Time interest earned ratio
Time interest earned rato ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga dengan menggunakan EBIT (Earning Before Interest and Taxes). Semakin besar ratio ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar bunga semakin baik, dan peluang untuk mendapatkan tambahan pinjaman juga semakin tinggi.

3.    Cash coverage ratio
Cash coverage ratio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan menggunakan EBIT ditambah dana dari depresiasi untuk membayar bunga. Semakin besar rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga semakin tinggi, dengan demikian peluang untuk mendapatakan pinjaman baru juga semakin besar.

4.  
Long-term Debt to Equity Ratio
 
Rasio ini mengukur besar kecilnya penggunaan utang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Semakin tinggi rasio ini mencerminkan rasio keuangan perusahaan semakin besar, dan sebaliknya.

*               Liquidity Ratio

1.    Current Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid perusahaan. Namaun demikian rasio ini mempunyai kelemahan, karena tidak semua komponen aktiva lancer memiliki tingkat likuiditas yang sama.

2.    Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Seperti current ratio tetapi persediaan tidak diperhitungkan karena kurang likuid dibandingkan dengan kas, surat berharga dan piutang. Oleh karena itu quick ratio memberikan ukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan current ratio tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan.
3.    Cash Ratio

Kemampuan kas dan surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk menutup utang lancar. Rasio ini paling akurat dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek karena hanya memperhitungkan komponen aktiva lancar yang paling likuid. Semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan semakin baik kondisi keuangan jangka pendek perusahaan, dan sebaliknya.

*               Activity Ratio

Rasio ini mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya activity ratio dapat diukur dengan cara sebagai berikut:

1.   
4
Inventory Tunover
Rasio ini mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan, dan semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menghasilkan penjualan, dan sebaliknya.
2.    Average Days in Inventory

Average days in inventory ini mengukurberapa rata-rata dana terikat dalam persediaan. Semakin lama dana terikat dalam perusahaan, menunjukkan semakin tidak efisien pengelolaan persediaan, dan sebaliknya.

3.    Receivable Tunover

Rasio ini mengukur perputaran piutang dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan oleh perusahaan dan sebaliknya

4.    Days Sales Out Standing (DSO)
                    Days sales out standing atau average collection period, mengukur rata-rata waktu yang diperlukan unutk menerima kas dari penjualan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin tidak efektif dan tidak efisiennya pengelolaan piutang yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
5.    Fixed Assets Tunover

Fixed assets turnover ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam menghasilkan penjualan bagi perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin efektif pengelolaan aktiva tetap yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.


6.    Total Assets Tunover

5
Total assets turnover mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan, dan semakin besar rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.


*      Profitability Ratio

Profitability ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas, yaitu:

1.    Return on Assets (ROA)
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efektif dan efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yag lebih besar, dan sebaliknya.
2.    Return on Equity (ROE)
ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham, untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen perusahaan.

3.    Profit Margin Ratio
Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasinya. Profit margin ratio dibedakan menjadi:
֍                    Net Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan peruahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian,yaitu produksi, personalia, pemasaran dan keuangan yang ada dalam perusahaan.
֍                   
6
Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukka efisiensi bagian produksi, personalia, serta pemasaran dalam menghasilkan laba.
֍                    Gross Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai bagian produksi.



4.      Basic Earning Power
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimliki perusahaan. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan seluruh investasi yang telah dilakukan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.
Basic earning Power


*                     Market Value Ratio

Rasio ini terkait dengan penilaian kinerja saham perusahaan yang telah diperdagangkan di pasar modal (go public). Terdapat beberapa macam rasio yang berhubungan dengan penilaian saham perusahaan yang telah go public, yaitu:

1.        Price Earning Ratio 

Rasio ini mengukur tentang bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan dating, dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan harga yang mahal.
2.       
7
Devidend Yield

Rasio ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan berupa deviden yang mampu dihasilkan dari investasi pada saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar deviden yang mampu dihasilkan dengan investasi tertentu pada saham.
3.        Devidend Payout Ratio 

Rasio ini mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan.

4.        Market to Book Ratio

Rasio ini mengukur penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai growing concern. Nilai buku saham mencerminkan nilai historis dari aktiva perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku asetnya.



F.   Cara Menganalisis Laporan Keuangan
Seperti yang dijelaskan oleh I Made Sudana (2009:28), rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan perusahaan pada satu tahun saja tidak akan memberikan informasi yang memadai. Untuk memperoleh informasi yang lebih banyak, analisis keuangan dapat melakukan analisis dengan cara crossection, yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan lain atau industry pada satu periode waktu yang sama, dan time series, yaitu membandingkan atau mengevaluasi kecenderungan (trend) rasio keuangan satu perusahaan dari waktu ke waktu.
Crossection analysis dilakukan dengan membandingkan data laporan keuangan pada tahun yang sama antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau sama dengan rasio indutri. Dengan membandingkan rasio keuangan, dapat dievaluasi kinerja keuangan perusahaan. Misalnya, rata-rata rasio profitabilitas ROA industri adalah 30% sedangkan rasio ROA perusahaan adalah 10%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba jauh di bawah perusahaan lain sejenis yang menjadi kompetitor.
8
Time series analysis adalah pendekatan yang menggunakan perbandingan rasio keuangan satu perusahaan dari waktu ke waktu. Jika trend membaik dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga bertambah baik, demikian sebaliknya. Pendekatan ini lebih mudah jika dibandingkan dengan comparative analysis, karena tidak memerlukan data industry sebagai brenchmark atau pembanding. Misalnya current ratio perusahaan meningkat dari tahun ke tahun, maka dikatakan bahwa kondisi likuiditas perusahaan juga bertambah baik.
Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan bersama untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu dalam praktik perlu menggabungkan kedua pendekatan ini, sehingga dapat memberikan informasi tentang trend rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu dan trend rasio keuangan industry dari waktu ke waktu, serta informasi mengenai apakah rasio keuangan perusahaan pada waktu tertentu berada di atas sama dengan atau di bawah rasio keuangan industry.

 

Common Size dan DuPont Identity

Pada common size analysis, seluruh item pada laporan laba rugi dibagi dengan penjualan dan seluruh item pada neraca dibagi dengan total aktiva. Keuntungan dari common size adalah memungkinkan untuk membandingkan neraca serta laporan laba rugi dari waktu ke waktu antara beberapa perusahaan (I Made Sudana, 2009: 29).
Common size analysis dapat dibandingkan dengan rasio industry (comparative analysis) maupun dibandingkan dari waktu ke waktu (trend analysis). DuPont analysis memperhatikan bagaimana utang, perputaran aktiva dan profit margin dikombinasikan untuk menentukan return on equity (ROE). DuPont System yang dikembangkan oleh DuPont ini sangat bermanfaat karena dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan, dan faktor-faktor yang memeperngaruhi kinerja keuangan tersebut, sebagaimana tampak pada Gambar 1.1



+
-
:
:
X


Bagian kiri dari grafik menetukan profit margin atas penjualan yang dilakukan perusahaan. Berbagai biaya didaftar dan membentuk total cost. Jika penjualan dikurangi total cost menghasilkan net income. Jika net income dibagi sales, maka akan didapatkan profit margin. Bagian kanan dari grafik berbagai aktiva, yang dijumlahkan akan diperoleh total aktiva. Jika penjualan dibagi total aktiva, akan diperoleh total assets turnover. Jika profit margin dikalikan total asset turnover maka akan menghasilkan return on assets (ROA).
Secara sistematik dapat dirumuskan dalam DuPont equation sebagai berikut:
ROA = Net profit margin x total assets turnover
Jika ROA dikalikan rasio total assets equity (equity multiplier), akan menghasilkan return on equity (ROE).
ROE = (ROA) (Equity multiplier)
ROE =
atau :
ROE = (Net profit margin) (Total assets turnover) (Equity multiplier)
10
Keterangan :
|  Profit margin memperlihatkan pengawasan terhadap biaya
|  Total assets turnover memperlihatkan efektivitas penggunaan aktiva




|  Equity multiplier memperlihatkan efektivitas penggunaan utang

Dengan menggunakan bagan DuPont, analisis laporan keuangan bisa mengintegrasikan berbagai macam rasio keuangan dan mengetahui bagaimana keterkaitan masing-masing rasio keuangan perusahaan. Di samping itu, dari bagan DuPont juga dapat diperoleh informasi yang lebih terperinci tentang, rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga pihak manajemen dapat melakukan pengendalian secara lebih akurat.

G.   Penggunaan Data Keuangan dari Laporan Keuangan
Analisis keuangan menggunakan data dari laporan keuangan yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Karena itu kita perlu memahami prinsip-prinsip tersebut. Seperti bahwa perusahaan mungkin saja menggunakan metode costing yang berbdeda dan tidak melanggar prinsip akuntansi. Perusahaan bisa mencatat, misalnya persediaan berdasarkan atas metode first in first out, tetapi bisa juga last in first out. Perusahaan bisa juga mengkapitalisir sesuatu pengeluaran riset dan pengembangan (sehingga dicatat di neraca dan di susut setiap tahun), tetapi bisa juga membebankan semua biaya riset dan pengembangan pada tahun tertentu. Keduanya tidak melanggar prinsip akuntansi. Karena itulah analisis keuangan perlu memahami kemungkinan-kemungkinan ini sewaktu melakukan perbandingan.

Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh inflasi pada laporan keuangan. Dalam keadaan tingkat inflasi mencapai hanya 4-5% per tahun, pengguna historical cost mungkin tidak terlalu menimbulkan distorsi pada laporan keuangan. Ada rekening-rekening yang cenderung overstaded, understated, tetapi ada juga yang tidak berpengaruh. Yang menjadi masalah adalah kalau kita menghitung rasio keuangan dan salah satu rekening (mungkin pembilang atau penyebutnya terpengaruh inflasi). Sebagai misal, aktiva lancar akan understaded sedangkan kewajiban lancar tidak dipengaruhi oleh inflasi. Dengan demikian perhitungan current ratio akan menjadi understaded. Sebaliknya, sewaktu kita menghitung profit margin maka laba operasi akan overstaded, sedangkan penjualan tidak terpengaruh. Oleh karena itu rasio profit margin akan overstaded (Suad Husnan, 2012: 82).   



Masalah-masalah dalam Analisis Laporan Keuangan
Data Pembanding
Rasio-rasio keuangan pada suatu perusahaan yang beroperasi di banyak bidang industry yang berbeda sulit dicarikan data pembandingannya. Pada umumnya data pembanding adalah berupa angka rata-rata rasio keuangan. Kondisi rata-rata bukanlah tujuan suatu perusahaan, oleh karena itu, data pembanding yang baik bisa menjadi rasio keuangan perusahaan-perusahaan papan atas pada industri tersebut.Efek Inflasi
Inflasi mempengaruhi biaya tenaga kerja, biaya persediaan dan pada gilirannya akan mempengaruhi item pada neraca maupun laba bersih. Karena alas an ini, pembandingan rasio keuangan dari waktu ke waktu (time series) maupun pembandingan data industri yang tidak sama waktunya dapat saja menyesatkan.

Window Dressing
Manajemen perusahaan dapat saja dengan sengaja memanipulasi kondisi keuangannya menjelang penyusunan neraca. Tindakan ini disebut sebagai window dressing. Sebagai contoh pada 29 Desember 2006 manajemen meminjam dalam bentuk utang jangka 2 tahun, hasilnya dipegang dalam bentuk kas (tunai). Tanggal 4 Januari 2007, utang dilunasi. Tindakan ini menyebabkan current ratio tahun 2006 nampak bagus, meskipun hanya sementara.

Perbedaan Kebijakan Perusahaan
Perbedaan kebijakan operai seperti keputusan untuk menyewa (leasing) daripada membeli aktiva, bisa jadi membawa dampak pada rasio keuangan. Informasi tentang perjanjian leasing, rencana dana pensiun, akuisisi, kebijakan akuntansi, dan lain-lain dapat dilihat pada catatan yang menyertai laporan keuangan seabiknya diperhitungkan dalam analisis. Sebagian perusahaan mungkin memiliki sebagian rasio yang “kurang baik” dan sebagian lagi abik. Hal ini membuat sulit untuk dapat megetahui bagaimana kondisi perusahaan pada umunya.
Ringkasan  
{  Laporan keuangan adalah laporan perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan yang berfungsi untuk Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas),menyediakan informasi mengenai kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai informasi akutansi dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan terdiri atas neraca,laporan laba rugi,dan laporan arus kas.
{  Rasio-rasio keuangan yang dihitung dapat dibandingkan dengan rasio-rasio tahun lalu maupun dengan perusahaan-perusahaan yang sejenis. Cara yang kedua merupakan cara yang lebih baik. disamping itu juga dapat dibandingkan dengan kebijaksaan keuangan yang dirumuskan oleh perusahaan.

Referensi:

Sudana, I Made. 2009. Manajemen Keuangan teori dan praktik .Cetakan 1. Surabaya :

Airlangga.

Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti. 2012. Dasar – dasar Manajemen Keuangan. Edisi 6. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Sartono, R. Agus. 2008. Manajemen Keuangan teori dan aplikasi .Cetakan 2. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
 
Web terkait: Idx.go.id, bi.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar